Inilah Sukabumi

Inilah Sukabumi
Danau Situgunung, Kadudampit, Sukabumi.

Minggu, 06 Januari 2013

Asal Mula Palabuhanratu


Nama resminya adalah Palabuhanratu. Bukan Palabuhan Ratu atau Pelabuhan Ratu. Ejaan atau dialek setempat menyebutnya dengan Palabuan (saja). Namun dari manakah asal kata Palabuhanratu tersebut? Ada banyak cerita, mitos, sejarah yang melatar-belakangi Palabuhanratu. Sebagian besar tidak lepas dari kepercayaan akan keberadaan Ratu Kidul sebagai penguasa pantai selatan. Apakah Ratu yang dimaksud sama dengan Ratu Kidul dalam mitologi Jawa atau Yogyakarta?


Ada semacam kabut tebal ketika menceritakan asal mula Palabuhanratu. Kebanyakan hanya akan bangga dengan kata 'Ratu' yang berarti besar dan mulia. Apakah karena kurangnya tradisi lisan untuk sekedar menceritakan silsilah nenek moyang orang Palabuan? Ingatan terjauh menyangkut sejarah Palabuan biasanya mentok pada pembangunan jembatan Bagbagan pada masa Ratu Yuliana. Berarti itu jamannya penjajahan Belanda. Bagaimana sebelum itu? Sejauh mengenai karuhun ini, malah terjadi anomali dengan banyaknya penduduk luar Palabuan, khususnya Bogor, yang berburu karuhun di Palabuhanratu. Mengapa demikian?

Ada tiga hal lagi yang menjadi catatan penting sekitar asal muasal Palabuhanratu. Pertama adalah situs megalitik Tugu Gede Cengkuk, di Cikakak. Menilik tampilan megalit-nya, kemungkinan adalah peninggalan masa neolitikum  sekitar 10.000 SM (masih hipotetif). Setidaknya kajian mengenai situs ini masih sama gelapnya dengan temuan punden berundak di Gunung Padang Cianjur. Hal kedua adalah Samudra Beach Hotel yang dibangun Bung Karno. Tentu saja dengan kamar khusus 308-nya. Yang ketiga adalah - hari hari ini mulai mendapat perhatian - keberadaan komunitas Cipta Gelar dengan acara tahunan Seren Taun. Sebenarnya ada hal terakhir yang menjadi 'ciri khas' daerah ini. Yaitu Ma Erot : Penis Enlargement Sepecialist.

Kalau begitu, dari mana kita memulai sejarah Palabuhanratu? 

Nampaknya periode Pajajaran Runtag (runtuhnya Pajajaran) menjadi titik awal berdirinya Palabuhanratu. Masa keemasan Pajajaran terjadi ketika Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi bertahta antara tahun 1482 - 1521. Setelah itu perlahan lahan pamornya memudar. Pada masa penggantinya, Prabu Surawisesa (1521-1535), Pajajaran telah kehilangan hampir separuh wilayahnya ( termasuk Cirebon, Galuh, dan Sunda Kalapa). Raja raja setelahnya belum juga menunjukan kualitas setara Siliwangi. Berturut turut seetelah itu adalah Prabu Ratu Dewata (1535-1543), Ratu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakendra (1551-1567) dan Raja terakhir adalah Prabu Raga Mulya Suryakancana (1567-1579). Pada masa Nilakendra, Pakuan sebagai ibukota Pajajaran sudah mulai di tinggalkan penduduk kota. Pada tahun 1579 Pakuan jatuh ke tangan Kesultanan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf. 

Yang menarik adalah Pajajaran runtuh oleh perang antar cucu cicit Prabu Siliwangi. Boleh dikatakan, ini perang konyol antar saudara sendiri. Bila dirunut, maka kita bisa memulainya dari berdirinya Kesultanan Cirebon. Kesultanan Cirebon pada mulanya didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Raden Walangsungsang. Raden Walangsungsang adalah anak Prabu Siliwangi dari istrinya yang muslimah, Subang Larang. Adik-adik  Raden Walangsungsang adalah Nyai Lara Santang dan Raden Sangara. Dari Nyai Lara Santang lahirlah Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menjadi sultan menggantikan Pangeran Cakrabuana alias Raden Walangsungsang. Salah seorang putera Sunan Gunung Jati yang bernama Maulana Hasanuddin menjadi sultan pertama di Kesultanan Banten. Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Sultan Maulana Yusuf, yang kemudian membumi-hanguskan Pakuan disaat Raga Mulya Suryakancana bertahta. Bukankah ini perang antar teureuh Pajajaran, keturunan Prabu Siliwangi ?

Kita tidak akan mempersoalkan latar belakang perang antar teurueh Pajajaran itu. Yang Jelas ibukota Pakuan memang dibumi-hanguskan oleh pasukan Kesultanan Banten pada saat itu. Prabu Raga Mulya menyingkir ke luar kota bersama dengan para pengikutnya. Melihat gelagat jaman, pengikut dan rakyat yang masih setia mengikutinya, akhirnya Prabu Siliwangi V ini berpidato dihadapan mereka. Sebuah pidato perpisahan monumental. Orang kemudian mengenang dan mengenalnya dengan Wangsit Siliwangi. (bersambung)

5 komentar:

  1. om ijin kopas ya om , nanti saya cantumin link sumbernya om . terimakasih :)

    BalasHapus
  2. maaf om sebelumnya, ini asli tulisan om apa ada sumber lain om :) . terimakasih untuk jawabannya om...

    BalasHapus
  3. dikumpulkan dari berbagai sumber. Jeleknya, saya lupa mencatat sumber sumbernya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yahh,, sayang banget om, ini interest tapi sumbernya blm di cantumkan. padahal tadinya mau saya masukan dalam penelitian

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...